Proyek rehabilitasi jembatan ruas (Sumberkolak – Ardiwilis) pekerjaan beton bertulang, milik CV Berkah Jaya Besuki di dusun Langai Jadi Buah Bibir Warga

SITUBONDO || jerathukum.com

Proyek rehabilitasi jembatan ruas (Sumberkolak – Ardiwilis) pekerjaan beton bertulang, milik CV Berkah Jaya Besuki di dusun Langai, desa Sumberkolak, kecamatan Panarukan, kini menjadi buah bibir dan kecaman warga sekitar.

Betapa tidak, proyek dengan pagu senilai lebih dari Rp. 1,3 milyar yang diperoleh dari anggaran DAU Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Pemukiman (DPUPP) tersebut, dalam pelaksanaan nya diduga tidak sesuai spesifikasi, bahkan terkesan dikerjakan asal-asalan.

Petunjuk itu disampaikan oleh warga setempat, inisial HN. Bahkan, dirinya menyebut dalam proses pengerjaan proyek yang bernomor kontrak 630/ 306.SPK.DAU/ 431.303.3/ 2023 ini ada indikasi dugaan penyimpangan.

“Nilai proyek nya 1 milyar lebih. Tapi sayang, pengecorannya pakai molen. Seharusnya itu pakai Readymix (mobil molen-red),” ungkap HN kepada awak media.

Bahkan, HN meragukan kualitas pengerjaan cor-coran beton pada jembatan desanya tersebut, lantaran diduga telah terjadi upaya pengurangan bahan material.

“Memang ditakar sih, tapi kemungkinan bisa bermain-main di campuran. Karena menakar sendiri itu, rentan sekali dikurangi campurannya, Mas,” terang HN.

Karenanya, aktivitas pembangunan yang diduga hanya memakai molen sebagai alat pengaduk campuran beton itu, disinyalir tidak sesuai dengan penerapan adukan bahan material.

Sehingga, hal ini menciptakan opini liar, keresahan publik, dan keluhan masyarakat. Sampai-sampai mencuat anggapan warga, bahwa DPUPP ditengarai kurang kontrol terhadap CV Berkah Jaya Besuki yang diduga tidak sesuai dengan standard konstruksi.

“Coba sampean konfirmasi, pekerjaan pelebaran jembatan di lokasi Sumberkolak Langai (Kol-kol). Jalan ke Pabrik es atau depan pasar Sumberkolak ke selatan,” tandas HN menunjukkan lokasi proyek.

Selain itu, jelas HN, pekerjaan tersebut diduga tidak memakai mesin getar atau vibrator, yang dalam pengecoran nya akan bisa menjadi lebih sempurna. Dan biasanya (vibrator) tertera dalam kontrak besar kalau bersifat struktur.

“Pelaksanaan pengecoran, itu dilakukan bertahap-tahap hingga memungkinkan hasil pengecoran kayak kue lapis yang rentan retak dan patah-patah,” sergahnya.

Masih HN, “Saya ini asli pengguna jembatan itu. Karena saya memang masyarakat situ. Para tetangga juga banyak yang bertanya-tanya. Kenapa kog dicor manual, kenapa tidak pakai Readymix? Rumah saya di Langai Kol-kol. Sekitar jembatan itu, Mas. Hampir tiap hari, saya lewat jembatan yang sedang dilebarkan itu,” kisah HN.

Menariknya, saat awak media ke lokasi, disitu tidak menemukan pengawas atau konsultan pelaksana. Sehingga, wartawan media ini hanya bisa mengkonfirmasi kepala tukang nya saja.

Saat dikonfirmasi, Jhon, kepala tukang asal desa Sekarputih Bondowoso ini memaparkan, “Sebenarnya pakai mobil beton, tapi jalan masuknya nggak bisa. Untuk readymix nya, masih dicarikan atau dipesankan sama PU. Saat ini ya masih pakai molen,” singkat Jhon.

Kembali pada HN, “Nggak sesuai itu. Biasanya pakai readymix, itu pakai molen saja. Kalau akses jalan jadi masalah, kenapa ekscavator besar bisa masuk, terus kenapa mobil readymix nggak bisa masuk? Di persyaratan kerja, mereka biasanya mengikat kerjasama dengan PT untuk pengadaan dukungan readymix,” sindirnya bertanya-tanya.

Sementara Plt Kepala Dinas PUPP Situbondo, Eko Prionggo Jati, saat dikonfirmasi dalam penjelasan nya terkesan ambigu.

“Beton cyklop atau beton pengisi mutu rendah, ya pakai molen. Kalau beton mutu tinggi pakai molen, yang tidak boleh. Memang isinya berlapis mas. Di dalam coison/sumuran terdiri beberapa jenis isian beton,” timpal Eko.

Pewarta: Agung Ch

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *