Desa Jemur kecamatan Pejagoan sebagai pelopor cinta terhadap hasil karya sendiri

KEBUMEN || jerathukum.com

Sebagai desa yang memiliki Centra batik tulis Kebumen, desa Jemur kecamatan Pejagoan kabupaten Kebumen tampil sebagai pelopor cinta terhadap product sendiri. Hal ini dilakukan oleh seluruh perangkat desa, selalu menggunakan baju seragam batik hasil dari pembatik didesanya setiap hari kamis.

Saat awak media berkunjung ke balai desa Jemur kecamatan Pejagoan, tampak seluruh perangkat desa menggunakan seragam batik yang tidak sama dengan desa-desa lainnya di kabupaten Kebumen.

Tunjangsari selaku kepala desa Jemur menjelaskan bahwa seragam batik yang digunakan oleh seluruh perangkatnya merupakan batik tulis hasil karya dari warga desanya. Hal ini dilakukan agar seluruh perangkat dan warga desa cinta dan bangga akan hasil karya sendiri.

Dengan cara demikian harapannya bisa memicu minat masyarakat untuk kembali sebagai pengrajin batik tulis, serta melestarikan usaha batik sebagai peninggalan nenek moyangnya. Namun pada kenyataannya usaha menjadi pengrajin batik tulis banyak menemui kendala.

Sekretaris desa Jemur Sungadi menyampaikan bahwa kendala yang dialami oleh para pembatik adalah minimnya peminat dan daya beli masyarakat terhadap batik tulis Kebumen sehingga upah yang diterima dari hasil membatik sangat murah. Hal ini dirasakan oleh semua pengrajin batik tulis didesanya. Hal ini berimbas kepada generasi muda yang enggan untuk ikut menekuni pekerjaan sebagai pengrajin batik.

Menyikapi keluhan para pengrajin batik didesanya, Tunjangsari kemudian berkoordinasi dengan desa desa yang memiliki Centra batik, yaitu desa Gemek Sekti dan desa Jemur kecamatan Kebumen, yang kemudian berkolaborasi dalam hal pengelolaan yang tergabung dalam BUMDESMA.

Namun upaya yang dilakukan ketiga desa juga belum mampu mendongkrak pasar batik diwilayah kabupaten Kebumen. Sehingga membutuhkan uluran tangan pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Bupati Kebumen untuk membuat kebijakan yang mendukung lestarinya batik tulis Kebumen dan rasa Cinta terhadap hasil karya sendiri yang dapat pula mendongkrak penjualan hasil product secara berkesinambungan.

Tunjangsari juga menambahkan pentingnya dukungan dari semua pihak utamanya dari media, sebagai corong kepada masyarakat luas agar batik tulis Kebumen dapat dicintai oleh masyarakat Kebumen sendiri. Kalau bukan kita yang bangga terhadap product sendiri siapa lagi ?dan kalau bukan sekarang, kapan lagi ? pungkasnya.

(Purwo Santoso)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *