History Puncak Mani Desa Cilangkap Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang

History Puncak Mani Desa Cilangkap Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang

SUMEDANG|| jerathukum.com

Tak banyak yang tahu ada sebuah dusun yang masih exsis di yengah hutan tepatnya di Kabupaten Sumedang. Dusun itu jadi tempat tinggal 14 Kepala Keluarga,perkampungan itu bernama Puncak Manik sebuah Dusun yang secara admistratif masuk kedalam wilayah Desa Cilangkap,Kecamatan Buah Dua,Kabupaten Sumedang.

Dusun itu tepatnya berada di kaki gunung Tampomas yang di kenal dengan nama Taman Pasir Desa Cilangkap Kecamatan Buah dua Kabupaten Sumedang Minggu(07-01-2023).

Menurut warga kawasan perkampungan itu di berinya Nama Puncak Manik lantaran tidak terlepas dari keberadaan Situs dan sebuah Batu yang berbentuk segitiga mirip dengan Nasi tumpeng yang di atasnya terdapat sebuah telur. Bagian telur itulah yang dikenal dengan sebutan Puncak Manik.”Menurut seorang Kuwu terdahulu Mad Enoh disini itu katanya pernah ada Situs berupa Arca yang dikenal dengan Nama Dewa Guru di sebelah selatan yang di temukan pada sekitar 1950an serta ada sebuah batu berbentuk seperti Nasi tumpeng yang di atasnya telur di kenal dengan sebutan Puncak Manik,”ungkap Didi(72), salah satu Sesepuh disana kepada Jerathukum.com, belum lama ini. Hilang 85 Tahun Harimau tasmania terakhir, akhirnya ketemu Didi menuturkan situs berupa Arca tersebut keberadaannya sudah tidak di ketahui dan entah siapa pula yang mengambilnya.Kini yang tersisa di sana hanya sebuah situs yang dikenal dengan sebutan Singakerta.

Begitupun dengan batu berbentuk Nasi tumpeng yang menjadi cikal bakal dari penamaan Dusun Puncak Manik. Kalau batunya yang berbentuk tumpeng itu katanya yang mengambilnya adalah Orang Dalam Gangguan Jiwa(ODGJ) dan saat itu di bawa ke Kampung Lebak Naga Desa Sekarwangi atau tetanggaan dengan Desa Cilangkap, terang Didi. Dusun Puncak Manik sendiri konon sudah ada dari sejak lama. Bahkan dulunya banyak warga yang bertempat tinggal di sana.”Awalnya di sini itu ada 70 Rumah lalu berkurang menjadi 40 Rumah kemudian pada Tahun 1979 menjadi 33 Unit Rumah,”paparnya. Kini Dusun tersebut di ketahui hanya di tinggali oleh 14 Kepala Keluarga dengan jumlah bangunan 12 Unit Rumah.”Dari 12 bangunan itu satu di antaranya sudah tidak di tempati lagi, sementara untuk KK Jumlahnya 14 KK,”ujar Didi.

( Dayat )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *